Langsung ke konten utama

Sebagai pioneer pengembang ilmu parenting di Indonesia, Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) terus berinovasi demi meningkatkan kualitas keluarga Indonesia. Kini ilmu-ilmu pengasuhan dan keluarga dapat A

Sebagai pioneer pengembang ilmu parenting di Indonesia, Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) terus berinovasi demi meningkatkan kualitas keluarga Indonesia. Kini ilmu-ilmu pengasuhan dan keluarga dapat Ayah Bunda dapatkan melalui berbagai seminar dengan banyak tema, buku-buku terbitan kami, dan berbagai artikel pengetahuan parenting dari media sosial Yayasan Kita dan Buah Hati.

Untuk Ayah Bunda yang hobi nulis dan nge-blog, ikuti lomba blog "Mengasuh Anak, Membangun Indonesia" #TantanganPengasuhanEraDigital! Karena dengan mengasuh, merawat, dan medidik anak dengan benar, baik dan menyenangkan di Era Digital, Ayah Bunda turut mengasuh, merawat dan membangun generasi emas Indonesia! Ayah Bunda berkesempatan memenangkan hadiah paket buku parenting terbitan Yayasan Kita dan Buah Hati. Simak ketentuannya di bawah ini :

1. Artikel yang ditulis mengangkat tema seputar "Mengasuh Anak, Membangun Indonesia" #TantanganPengasuhanEraDigital.
2. Peserta lomba menuliskan ulasan, opini atau pengalaman terkait tema, yakni tantangan pengasuhan di era digital dengan benar, baik, dan menyenangkan.
3. Tulisan minimal 500 kata, bersifat baru, dan orisinal (bukan karya orang/pihak lain dan bukan hasil plagiat).
4. Tulisan tidak pernah memenangkan lomba sejenis dan tidak sedang dilombakan di tempat lain.
5. Judul artikel harus mengandung kata "Lomba Blog #TantanganPengasuhanEraDigital".
6. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia ragam santai. Boleh disesuaikan dengan gaya tulisan peserta, tetapi tetap dalam kadiah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta bersifat informatif sehingga menggugah rasa ingin tahu pembaca.
7. Artikel yang dikirimkan boleh lebih dari satu.
8. Peserta wajib membagikan artikel di akun media sosial pribadi mereka, yaitu Facebook, Twitter atau Instagram dengan menyertakan tagar #TantanganPengasuhanEraDigital #LombaBlogYKBH

KETENTUAN PESERTA

1. Peserta merupakan WNI atau WNA yang tinggal di Indonesia.
2. Peserta wajib berusia di atas 18 tahun dan telah memiliki anak / pengalaman pengasuhan saat mengikuti lomba blog.
3. Peserta wajib like, follow, dan subscribe akun media sosial Yayasan Kita dan Buah Hati :
a. Facebook: Yayasan Kita dan Buah Hati
b. Twitter: @kitadanbuahhati
c. Instagram: @kitadanbuahhati
d. YouTube: Yayasan Kita dan Buah Hati
4. Peserta memiliki blog pribadi dengan platform bebas (Blogspot, Wordpress, dan sebagainya).
5. Setelah mem-publish artikel di artikel di blog, peserta wajib mengisi data diri dan link artikel di form berikut: http://bit.ly/LombaBlogYKBH

TEKNIS LOMBA

a. Lomba blog ini berlangsung pada tanggal 18-25 Agustus 2017.
b. Yayasan Kita dan Buah Hati akan mengumumkan pemenang kompetisi blogging ini pada akhir Agustus 2017 di media sosial Yayasan Kita dan Buah Hati .
c. Seluruh tulisan yang didaftarkan menjadi hak milik Yayasan Kita dan Buah Hati dan sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai materi artikel (dengan mencantumkan penulis).
d. Pemenang akan ditentukan oleh dewan juri dari pihak Yayasan Kita dan Buah Hati serta bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
e. Hadiah berupa paket buku Parenting terbitan Yayasan Kita dan Buah Hati.

Selamat menulis Ayah Bunda!


Ditulis Pada: 18 August 2017, Pukul: 12:21:21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...