Langsung ke konten utama

MENGELOLA STRESS

MENGELOLA STRESS

Oleh Tanti Diniyanti, Psi
Klinik Parent Education Center dan Klinik Psikologi Yayasan Kita dan Buah Hati di Kemang Medical Care

~~~

Stress adalah suatu kondisi yang muncul ketika individu berhubungan dengan lingkungannya, individu merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan situasional dengan sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang dimilikinya.

Inikah Anda?

Anda menyerahkan tugas dan atasan anda menerima tanpa menunjukkan apresiasinya. Anda ingin terus mengembangkan kemampuan dan karir namun merasa "jalan ditempat" karena tidak ada umpan balik yang bersifat membangun. Anda merasakan ketidakjelasan terhadap keberlangsungan perusahaan, apakah perusahaan bertahan atau tutup. Anda merasa dieksploitasi karena pekerjaan terlalu banyak. Anda tidak diberikan kesempatan berkembang karena pekerjaan yang diberikan hanya sedikit.

Pemicu Stress Faktor Lingkungan :
- Ketidakpastian kondisi politik
- Krisis ekonomi negara yang berkepanjangan
- Serta perkembangan teknologi yang mengancam kelangsungan kerja

Pemicu Stress Faktor Organisasi :
- Dateline pekerjaan
- Pekerjaan yang bersifat rutin, monoton
- Pekerjaan yang membutuhkan kecepatan dalam pengerjaan
- Pekerjaan dengan ruang atau lokasi kerja yang bising dan panas
- Tuntutan peran yang tidak jelas atau bertentangan dengan sistem nilai yang dianut
- Hubungan kerja antar rekan yang tidak cocok, adanya konflik mental maupun fisik
- Budaya perusahaan yang sangat menekankan individualisme dan persaingan
- Tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain
- Struktur organisasi dengan kontrol dan komando yang ketat, kurangnya penguasaan terhadap teknologi yang digunakan, serta perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat di dalam perusahaan

Pemicu Stress Faktor Pribadi
- Keluarga: adanya persoalan pada kehidupan pernikahan, perceraian serta anak-anak yang tidakdisiplin dan sulit diatur
- Ekonomi rumah tangga: penghasilan yang kurang mencukupi pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan gaya hidup
- tersinggung,perfeksionis, sangat berorientasi pada waktu dan hasil

Akibat Stress di Tempat Kerja, secara fisiologis menjadi sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal

Sedangkan secara Psikologis timbul ketidakpuasan kerja, adanya tekanan pada emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram,bosan dan sikap kasar

Perilaku Kerja mengalami penurunan produktifitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi, merokok atau mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan, agresivitas dalam berbicara atau bertindak, melakukan hal-hal yang mengganggu di tempat kerja, sering ditemukan tidur di tempat kerja, burn out, yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi

Bagi Organisasi, rendahnya kepuasan kerja, kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi positif, pengambilan keputusan yang buruk, rendahnya kinerja, tingginya turnover, kerugian finansial pada organisasi yang tidak sedikit jumlahnya

5 Strategi Perusahaan Membantu Karyawan Stress di Tempat Kerja :
- menghilangkan stressor atau pemicu stress
- menjauhkan karyawan dari stressor
- mengendalikan konsekuensi dari stress
- menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang menghadapi stress

Contoh Manajemen Stress
- konseling klinis dan personal untuk karyawan
- uraian pekerjaan yang jelas
- jam kerja yang fleksibel
- tempat atau sarana bagi karyawan untuk melakukan meditasi
berolahraga atau berkesenian
- keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan dan perubahan di perusahaan

Setiap individu mampu menangani stress. Baik dalam menangani stress di tempat kerja berbeda-beda. Waktu penyelesaian suatu tugas, tingkat atau konsekuensi stress yang dialami bisa berbeda.

Minimal ada dua pilihan yang dapat diambil dalam menghadapi stress: to fight or flight. Melawan atau menghindar.

Pekerja pemenang adalah mereka yang tidak hanya mampu melawan, tetapi juga mampu mengelola stress di tempat kerja dan menjadikannya suatu tantangan untuk hasilkan kinerja yang lebih tinggi.

Terapkan manajemen waktu, sebagai contoh, menyempatkan berjalan keluar kantor selama 10 menit dan melakukan hobi atau olah raga rutin, berteman dengan kawan yang supportif, ambil cuti untuk berlibur dan selingi hidup dengan humor


Ditulis Pada: 26 February 2015, Pukul: 04:10:07

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...