Langsung ke konten utama

MENENTRAMKAN ANAK TANTRUM

MENENTRAMKAN ANAK TANTRUM

Hampir semua orang tua pernah melewatinya. Anak menangis, teriak-teriak, menendang-nendang, di rumah atau di tempat umum karena keinginannya tidak tercapai atau kemauannya tidak dituruti, atau bahkan ketika usahanya gagal. Kalau anak Anda tidak pernah melewatinya.. Bersyukurlah, karena Anda adalah 1 dari sedikit orang tua yang beruntung. Amukan itu di sebut temper tantrum.

Tantrum adalah ledakan emosi yang tiba-tiba, biasanya banyak dilakukan oleh anak-anak atau mereka yang di bawah tekanan emosi yang tinggi. Biasanya keluar dalam bentuk menangis, teriak, melawan, mengamuk, marah, menghindar dari usaha perdamaian, dan bisa sampai muncul dalam kekerasan fisik, seperti memukul, mencubit atau menggigit. Kehilangan kontrol diri ini bisa meyebabkan orang untuk tidak bisa tenang bahkan ketika tujuan awal dari tantrum tersebut tercapai. Tantrum biasanya berkurang seiring bertambahnya usia anak, dan sebetulnya tantrum adalah ukuran kekuatan karakter yg dapat dicapai oleh anak, hanya jika ia di bantu untuk mempertahankan kekuatan karakter itu dengan baik.

KENAPA SIH ANAK TANTRUM?

(1.) Mereka tidak tahu bagaimana cara mengemukakan keinginannya, rasa sakit yang dirasa, mendapatkan atensi Anda, dst.

(2.) Mereka tidak mengerti kenapa keinginannya tidak bisa/boleh tercapai. Kenapa gak boleh dapet boneka yang lucu itu, atau permen yang berjejer berwarna warni.

(3.) Mereka tidak tahu bagaimana menangani rasa frustrasi dengan cara baik. Jangankan anak-anak, orang tua juga sering ngamuk-ngamuk gak karuan begitu.

(4.) Dan ini yg paling penting: Mereka tahu bahwa dengan mengamuk-ngamuk, Ayah – Ibu tidak akan tahan sama berisiknya, sama malunya, dan akhirnya memberikan apa yang mereka inginkan.

Jika di lihat dari 4 alasan di atas... Jadi anak tantrum salah siapa ya?
Tapi mari kita tidak sibuk membicarakan SIAPA yang salah, tp APA yg salah?
Jelas benar bahwa ada suatu keterampilan yang hilang, minimal keterampilan untuk mengemukakan keinginan, untuk menangani kekecewaan, dan bagi orang tuanya: keterampilan untuk mendisiplinkan dengan kasih sayang.

Apa yang harus di cermati dari tantrum? Kapan dan seberapa parah tantrumnya? Apakah anak lelah atau sakit? Berapa usianya? Dan tingkat ke-stress-an anak.
Anak-anak berkebutuhan khusus biasanya mengalaminya lebih sering dari pada anak normal lainnya.

Perilaku yang terlalu keras atau terlalu lembut membuat tantrum ini sering sekali berlanjut dari usia yang seharusnya, yaitu 1-4 tahun. Memukul atau mengancam anak sama sekali tidak menyelesaikan masalah, malah membuat anak menangis semakin keras dan belajar bahwa cara menangani marah dan sedih adalah melalui tindak kekerasan. Memberikan apa yang anak Anda inginkan akan membuat anak Anda terus menerus tantrum setiap kali tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Lantas, apa yang harus dilakukan? (Ini yang biasanya di tunggu-tunggu sama orang tua jaman sekarang yang mau semuanya serba instan, hehehe)
Apakah anak harus di cuekin lahir bathin? Salah.

Tantrum adalah bentuk kemarahan dan kemarahan adalah sebuah manifestasi dari rasa sedih. Sedih? Iya, sedih keinginannya tidak tercapai, sedih karena Ayah Ibu seakan tidak mengerti dan memenuhi keinginannya, sedih karena tidak mampu mengontrol diri atas rasa marah itu.
Pertanyaan saya, apakah ketika Bapak Ibu sedang sedih, maunya di cuekin lahir bathin atau di hibur hatinya?
Jadi, apakah ketika anak mengamuk-ngamuk, kita lantas menghibur hatinya dengan memberikan semua yang ia inginkan? Ya tidak juga.
Jadi gimana dong?

(1.) Tinggalkan anak Anda sejenak, jika Anda mengkhawatirkan keselamatannya, titipkan pada orang yang lebih tenang dan bisa menjaganya dari bahaya sampai ia tenang. Izinkan ia untuk marah. Marah itu fitrah manusia. Jika Anda mengambil haknya untuk merasakan marah, maka Anda mengambil haknya dari menjadi manusia? Adilkah? Jangankan manusia, Allah saja bisa marah (Q.S 7:71), Nabi-nabi pun marah (Q.S 7:150, 12:84, 21:87), apalagi kita yang hanya manusia biasa, atau anak-anak yang otaknya belum bersambungan. Dengan meninggalkan anak sejenak, Anda pun bisa menenangkan diri Anda dari teriakan-teriakan yang mudah sekali menyulut emosi. Tarik nafas, wudhu, mengaji, lakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk tetap berlaku tenang. Ketenangan Anda mempengaruhi lamanya tantrum anak Anda. Terpisah dengan anak juga memberikan Anda berpikir apa penyulut tantrumnya, sehingga Anda bisa membantu anak Anda sebelum level emosinya sampai ke tahap tidak terkontrol. Kembali setiap 5-10 menit dan tawarkan pelukan. Ingat, marah adalah salah satu cara manusia untuk mengatasi rasa sedih. jika anak tdk mau di peluk, tdk perlu di paksa. Tidak perlu menjelaskan panjang lebar saat anak mengamuk, dia tidak akan mendengar. Cukup katakan bahwa "Ayah akan ngomong kalau Ella sudah tenang ya…", kemudian cuekin lagi. \

(2.) Ketika sudah agak reda (bukan diam total), kembali tawarkan pelukan dan ketika sudah diam, jelaskan dalam 1 kalimat pendek mengapa Anda tidak dapat memberikan apa yang ia minta, atau pemahaman Anda akan rasa frustrasinya :

"Maaf yaa, tadi kita sudah makan 1 permen, jadi kita tidak makan permen lagi. 1 hari 1 permen. Besok boleh makan lagi."

"Memasang kancing memang susah, nanti kita belajar sama-sama lagi ya bagaimana caranya."

"Mama tau Fasya sedih sekali gak dapat boneka itu, terima kasih sudah tenang ya," sambil mengelus-elus punggung belakangnya.

(3.) Nanti malam menjelang tidur, atau keesokan harinya, ketika TIDAK dalam keadaan tantrum, bahas kejadian tantrum itu :

"Tadi kan ada anak kecil, dia tadi nangis meraung-raung di Mall minta mainan boneka. Tapi tidak di kasih sama mamanya. Siapa ya namanya? *tunggu jawaban*. "Nggak semua yang kita mau bisa kita dapat, gak semua yang kita minta kita harus punya, apalagi dengan cara menangis-nangis dan teriak2 begitu."

"Tadi siang Reza nangis minta permen 1 lagi ya? Di keluarga kita cuma boleh makan 1 permen sehari, karena kalau kebanyakan bisa sakit gula, karena kebanyakan makan gula. Mama sedih kalau reza sakit. Mama mendingan Reza sedih sedikit dari pada sakit. 1 permen sehari berlaku sampai Reza besar nanti. Jadi kalau Reza sudah makan 1 permen dalam sehari, boleh tambah 1 lagi gak? Nangis-nangis seperti kemarin lagi gak ya?"

"Kemarin Kahfi kesel ya gak bisa pasang kancing? Kadang-kadang memang ada kancing yang susah masuknya ya. Sebetulnya gak usah sampai nangis-nangis ngamuk-ngamuk begitu, bilang aja sama mama, mama bisa bantu. Kita latihan lagi sekarang yuk? Jadi nanti pas hari senin Kahfi mau pake seragam, Kahfi sudah bisa memasang kancing."

Kuncinya adalah anak tidak mendapatkan apa yang ia inginkan selama episode tantrum berlangsung. Detik Anda kalah, anak akan belajar bahwa tantrum adalah cara mendapatkan apa yang ia inginkan.

Jika tantrum berlanjut diatas usia 4, maka ada masalah yang lebih dalam. Apakah di sekolah dengan guru atau teman, masalah psikis, stress, atau tekanan mental, kelainan fisik seperti sakit perut atau migraine, atau ketidakmampuan orang tua mengajarkan pengendalian emosi dengan baik di 5 tahun pertama kehidupan mereka.

Menghadapi tantrum memang tidak mudah, orang tua perlu TEGA, TEGAS dan SABAR saja, insha Allah tidak lama :)

Enjoy every moment of your children!

#EllyRismanParentingInstitute
#ParentingEraDigital


Ditulis Pada: 14 August 2017, Pukul: 10:07:38

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...