Langsung ke konten utama

[INFO PELATIHAN] - Terbatas 20 seat

[INFO PELATIHAN] - Terbatas 20 seat

Ayah, Bunda...

Pengasuhan anak, idealnya didasari oleh konsep yang benar, dijalankan dengan baik dan menyenangkan. Apalagi di era digital ini, ketika anak-anak kita menghadapi tantangan dan ancaman yang semakin besar.

Dengan modal pengasuhan yang benar, baik dan menyenangkan, anak akan tumbuh dalam suasana yang dapat mendukungnya membangun kepribadian yang tangguh, mandiri, dan bertanggungjawab, serta siap menghadapi dunia dengan kepala tegak.

Mengingat tantangan pengasuhan anak-anak masa kini yang hidup di era digital sama sekali berbeda dengan zaman ketika orangtua dibesarkan, idealnya orangtua masa kini meningkatkan kemampuan pengasuhannya, sesuai dengan perkembangan masalah yang dihadapinya.

Pengasuhan gaya lama yang dialami oleh orangtua di masa lalu tidak cukup untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi anak-anak di era digital. Oleh karena itu, mari ubah cara pengasuhan yang lebih kondusif untuk membentuk skill anak dengan mengikuti Pelatihan Komunikasi baik, benar, dan menyenangkan (KBBM)

๐ŸŒŸBersama Ibu Perwitasari, Psi (Trainer senior Yayasan Kita dan Buah Hati)

๐Ÿ“† Waktu:
Minggu, 24 April dan Sabtu, 30 April 2016

๐Ÿ•˜ 8.00-16.00 WIB

๐Ÿ’ฐInvestasi : Rp 1.050.000,-

๐Ÿก Tempat : Gedung WAMY Indonesia Jl. Moh. Kahfi II no. 42 (Depan Perumahan Casasima), Jagakarsa, Jakarta Selatan
https://goo.gl/maps/T5xxXk467q62

๐Ÿ“–Apa yang akan dipelajari?
Hari 1⃣ : Bagaimana menjadi orang tua istimewa dan berubah menjadi orang tua yang lebih baik
Hari 2⃣ : Bagaimana mendengar dengan hati, bicara dengan perasaan

๐ŸŽFasilitas : training kit, sertifikat, makan siang, snack

‼TERBATAS untuk 20 orang peserta

☎INFORMASI dan PENDAFTARAN: WA 081212097050

๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž

"Pengasuhan bagaikan menyemai benih dan bagaimana memeliharanya. Selamat menuai ketika musim panen tiba." [Elly Risman]

๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž✨๐Ÿ’Ž


Ditulis Pada: 04 April 2016, Pukul: 09:02:23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...