Langsung ke konten utama

Bismillah

Bismillah
Komunitas Ibu Belajar KIJAR - Cikarang, mempersembahkan
"WORKSHOP" Untuk para orangtua dan Guru

"Duh, di kasih Tau ga ngerti-ngerti, sih?"
"Makanya, dengar kata mama!"
"Jangan Jadi Anak pemalas!"

Ayah & Bunda, familiar mendengar kata-kata itu? Belum lagi pelabelan terhadap anak Kita dan ribuan nasihat yang terus menerus di berikan, apakah hubungan dengan Anak semakin Baik?
Apakah Kita pernah menggunakan teknik "tangan besi" supaya Anak menurut? Atau menjadikan Anak sebagai raja dan Ratu kecil, memberi semua keinginannya dengan Harapan Anak ikut mematuhi semua perintah orangtua?

Nyatanya, orangtua sendiri sering merasa kebingungan menghadapi anak-anak mereka, emosi yang sering muncul dan komunikasi yang buruk membuat hubungan menjadi renggang dan tak terjangkau lagi seiring membesarnya anak-anak.

Yuk, Kita hindari Hal tersebut dengan mengikuti workshop KBBM, materi di dalamnya berupa :
- Bagaimana menjadi orangtua istimewa
- Ciri-ciri dan Langkah-langkah untuk menghilangkan trauma pengasuhan yang kurang mendukung
- Bagaimana berkomunikasi dengan benar, baik dan menyenangkan.

Yang akan di selenggarakan, pada :
Hari & Tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Dan Sabtu, 06 Mei 2017
Waktu : Jam 8.00 sd 16.00
Tempat. : PEC Hotels (President Executive Club) Jababeka - Cikarang
Trainer. : Perwitasari,Psi dan Team

Fasilitas :
- 4x Coffee Break
- 2x Lunch
- Sertifikat
" TERBATAS HANYA UNTUK 30 PESERTA"

BIAYA PELATIHAN :
Rp. 1,000,000
(Early Bird sd. 31 Maret 2017 dengan DP 40%)
Rp. 1,100,000
(Regular)

*Biaya dapat di cicil 3x dengan pelunasan di H-7
*DP yang Sudah masuk tidak bisa di kembalikan jika di batalkan

Transfer ke :
BCA
Rizki Mariana
8730186836

REGISTRASI Kirim Ke WA no :
- Kiki : 081215801590
- Citra : 085810293920
Format Pendaftaran :
Nama Lengkap#Alamat Lengkap#No telp/HP

"A person's a person, no matter how small" (Dr. Seuss)
Mari berdayakan diri Kita sebagai orangtua ataupun Guru, untuk belajar 'memanusiakan' manusia betapapun kecilnya mereka.


Ditulis Pada: 27 March 2017, Pukul: 05:13:36

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...