Langsung ke konten utama

[ANAK KITA, GADGET DAN SOSMED]

[ANAK KITA, GADGET DAN SOSMED]
(Part 1)

Sepertinya jangankan nanti, sekarang ini saja anak-anak kita sudah sulit dipisahkan dengan sosial media bahkan telah dan akan banyak menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan dan masa depan mereka.

Ada beberapa hal yang membuat mereka menjadi begitu terikat dan terlibat dengan sosmed ini :

(1.) Usia mereka yang memang penuh dengan rasa ingin tahu, besar keinginan untuk meniru apa yang mereka anggap menarik, senang tantangan dan perubahan.

(2.) Karena otaknya belum sempurna berkembang, anak dan remaja mudah terpengaruh apalagi bila pembentukan konsep dan harga diri serta kemampuan Berfikir, Memilih dan Mengambil keputusan terabaikan dalam pengasuhannya.

(3.) Di usia remaja ini memang anak menjadikan teman jauh lebih penting dari orang tua. Hal ini disebab kan oleh banyak hal, terutama komunikasi dan ketersediaan waktu orang tua.
Temuan lapangan kami menunjukkan bahwa cara komunikasi yang selalu tergesa2 dan kurang benar, baik dan menyenangkan membuat jarak terentang tak bisa diukur dengan kilometer antara anak dengan orang tuanya, sehingga anak-anak merasa lebih nyaman untuk curhat dengan teman-temannya dari pada orang tuanya. Dengan adanya sosmed, anak-anak yang tidak disiapkan dan didampingi dalam penggunaannya dengan mudah pula akan curhat dengan siapa saja di sosmed yang memberikan perhatian pada mereka, baik sungguh-sungguh atau cuma sekedar tipuan belaka.
Komunikasi yang buruk dan ketersediaan waktu yang sangat minim, membuat hubungan orang tua –anak sedemikian rupa, sehingga jangankan curhat, ngobrol dengan anak saja tidak sempat dan kalaupun ada sangat pendek, formal, tidak santai dan tak menyentuh rasa. Semua kenyataan inilah yang jadi penyebab mengapa anak mulai pacaran di kelas 4-6 SD.

(4.) Mudah dimengerti bila kemudian fungsi orang tua yang serba terbatas tersebut digantikan dengan sosmed yang diciptakan sangat menarik dan penuh tantangan, dengan perkembangan fitur-fitur yang sangat cepat. Sehingga tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun sengaja atau tidak, lengket dengan HPnya. Kalau orang dewasa saja akan merasa sebagian hidupnya hilang atau tidak berfungsi bila hape ketinggalan dirumah, apalagi anak-anak dengan rasa ingin tahu yang besar.

(5.) Sekolah mengharuskan anak-anak untuk menggunakan sosmed sebagai bagian dari proses belajar mengajar : guru mengirimkan pesan dan tugas lewat sosmed. Lewat sosmed pula anak-anak membentuk grup belajar dan mengatur kerjasama untuk menyelesaikan tugas. Tapi lewat sosmed juga anak sharing berbagai macam info termasuk pornografi dan bahkan chat sex yang beresiko meningkatnya seks bebas dan bencana HIV Aids dikalangan mereka setahun dua kedepan (Baca : Dating Apps fuel "hidden epidemic" of new HIV infection, Al Jazeeraa December 1, 2015).

(6.) Meningkatnya penggunaan sosmed dikalangan remaja juga disebabkan oleh ketidaktahuan dan keabaian orang tua, yang bukan saja mengenalkan anak pada perangkat canggih teknologi, tetapi juga menyediakan atau memfasilitasinya pada usia yang sangat muda. Umumnya nyaris tanpa alasan yang jelas dan tanpa persiapan sama sekali. Sehingga banyak sekali anak-anak berusia 8 tahun keatas sudah mengetahui banyak hal yang tidak patut bagi usia mereka seperti jadi followers dari tokoh-tokoh sosmed yang "binal dan trendy" yang sengaja diciptakan dan dilejitkan oleh kelompok-kelompok tertentu demi uang dengan strategi marketing yang khas dan jitu untuk menggaet pasar anak dan remaja.

JADI BAGAIMANA DONG?

Ada beberapa hal yang ingin saya sarankan dalam kesempatan ini walaupun beberapa diantaranya sudah pernah disinggung dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Saran ini akan saya bagi menjadi dua bagian, yaitu untuk para orang tua yang anaknya : kanak2 sampai pra remaja dan orang tua yang anaknya pra – remaja.

A. ORANG TUA YANG ANAKNYA : KANAK-KANAK – PRA REMAJA

(1.) Mari kita sadari bahwa anak-anak memerlukan banyak waktu untuk bergerak dan eksplorasi dari duduk diam dan memandang layar.

(2.) Mereka sangat perlu bermain. Bermain adalah dunia dan pekerjaan mereka. Bahkan dengan bermain yang baik dan terencana, menurut seorang ahli, mereka bisa merepresentasikan masa depan mereka, baik dalam sikap maupun kebiasaan sehari hari.

(3.) Mereka perlu berada di bawah matahari 30 menit sampai 2 jam sehari.

(4.) Betul anak kita anak masa depan, mereka perlu berkenalan dengan teknologi, tapi tidaklah sedini mungkin. Apalagi bila Anda memperkenalkannya tanpa alasan atau supaya mereka tenang dan anda bisa melakukan pekerjaan Anda.

(5.) Sadari sepenuhnya apa tujuan dan alasan Anda untuk memperkenalkan gadget apalagi memberikannya pada anak Anda. Hindari memberikannya karena dulu hidup Anda susah sehingga sekarang Anda ingin anak Anda memiliki apa yang dulu anda tidak dapatkan. Tidak patut juga bila Anda memberikan gadget ketangan anak Anda karena sepupunya atau anak tetangga temannya bermain sudah punya. Sudahlah orang mengasuh anaknya gak pake ilmu pengetahuan janganlah kita ikut-ikutan pula hanyut dalam arus karena tidak punya prinsip.

(6.) Para pengusaha memang menyadari benar bahwa menciptakan produk untuk anak-anak sangat mudah mendapatkan keuntungan yang besar karena memanfaatkan rasa sayang dan cinta orang tua pada anaknya. Anak bisa dibujuk dengan iklan menarik yang dibuat dengan biaya penelitian yang sangat mahal untuk membuat anak merasa yang di iklan itu adalah dirinya, dan kemudian merengek pada orang tuanya untuk mendapatkan produk tersebut.

(7.) Produsen juga tahu betul bahwa orang tua akan mudah dipengaruhi untuk membelikan produk produk yang menjanjikan peningkatan kecerdasan , merangsang rasa ingin tahu dan menanamkan nilai nilai positif pada anaknya. Tetapi kita harus menyadari benar untuk memanfaat kan berbagai penawaran tersebut yang menggunakan gadget.
Orang tua harus memperhatikan usia anak, lamanya mereka pantas untuk berhadapan dengan layar, jenis permainan dan games yang dimainkan anak, jarak gadget dengan mata, perlu pendampingan orang tua atau tidak dan berbagai tehnik mengalihkan anak dari gadget tersebut ke permainana atau aktifitas bermain yang lain dan bagaimana bertahan terhadap kerasnya keinginan anak untuk kembali menggunakan gadget tersebut.

(8.) Sebaiknya anak baru diperkenalkan pada gadget diatas usia 3 tahun dengan masa guna tidak lebih dari 3 menit. Untuk usia 4-6 tahun, lamanya menggunakan sama dengan jumlah usianya. Jarak pandang minimal 50 cm dengan posisi duduk tulang belakangnya harus lurus. Sebaiknya selalu dengan pendampingan orang tua, karena harus pandai menyetop dan mengalihkan ke permainan lain yang sekurang kurangnya harus sama menariknya dengan apa yg mereka lihat di gadget.

(9.) Walaupun mereka belum mengerti sepenuhnya, anak harus sudah diperkenalkan dengan peraturan penggunaan. Misalnya :"Hanya satu kali mati ya.." Begitu juga dengan jarak pandang, pakai jengkal untuk mengukur. Orang tua yang menentukan anak bermain apa. Setelah bermain, sebaiknya gadget tidak berada dekat dan dalam pandangan anak. Orang tua juga harus tegas dengan peraturan yang ditetapkannya dan tidak mudah menyerah.

(10.) Anak yang berusia 7 – 9 tahun paling banyak menggunakannya 2 jam sehari termasuk bermain Games. Graham Harding mengatakan bahwa bila anak diatas bermin 15 – 20 jam sepekan mereka kecanduan. Jadi Anda harus menjelaskan dan membahas hal ini dengan anak Anda sebelum semua fasilitas diberikan. Buat peraturan, kesepakatan dan konsekuensi! Laksanakan dan EVALUASI! Ingat benar anak Anda belum sampai usia 10 tahun . Jangan pernah Anda "kehilangan atau kalah kata dengan mereka!". Kalau belum 10 tahun saja anak sudah sulit diatur dan tidak mendengarkan kata Anda bagaimana kalau dia 15 tahun atau lebih?

(11.) Jangan lupa untuk menjelaskan pada anak Anda tentang ketentuan agama Anda dalam penggunaan gadget terutama bila hal-hal yang buruk seperti Pornografi muncul. Apa yang harus mereka lakukan? Latih mereka jangan cuma nasihat. Untuk teman-teman yang muslim bahas Surah An Nur ayat 30 untuk anak laki-laki dan 31 untuk anak perempuan.

(12.) Jangan lupa, dunia anak masih memerlukan bermain dan bermain bukan hanya Gadget! Neil Postman, ahli pendidikan AS mengingatkan kita dengan kata yg sangat bijak: "Jangan kau cabut anakmu dari dunia bermainnya terlalu cepat, karena kau akan mendapatkan dunia orng dewasa yang ke kanak kanakan!"

(13.) Jaga benar dan hindari anak Anda agar tidak kecanduan, karena tantangannya sangat besar dan tidak dapat Anda bayangkan. Kita bisa sepakat kan? Bahwa Mencegah lebih baik Mengatasi.

(bersambung Part 2)

#EllyRismanParentingInstitute
#ParentingEraDigital


Ditulis Pada: 08 August 2017, Pukul: 08:13:52

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...