Langsung ke konten utama

#9 12 LANGKAH MEMBANGUN ANAK BEST . Tahun 2011, BPS mencatat Indonesia memilili 46 juta anak usia 0 – 9 tahun dan 44 juta anak usia 10 – 19 tahun. Tepat pada 1 abad Indonesia merdeka (tahun 2045), 90

#9 12 LANGKAH MEMBANGUN ANAK BEST

.
Tahun 2011, BPS mencatat Indonesia memilili 46 juta anak usia 0 – 9 tahun dan 44 juta anak usia 10 – 19 tahun. Tepat pada 1 abad Indonesia merdeka (tahun 2045), 90 anak dan remaja tersebut akan berusia 32 – 51 tahun.
.
Usia tersebut adalah usia produktif manusia. Mereka adalah Generasi Emas Indonesia karena pada usia tersebut merekalah yang akan mengisi semua posisi pemimpin di negeri ini. Guru, pengusaha, birokrat, pedagang, peneliti, anggota legislatif, sampai Presiden.
.
Lalu Bagaimana Kondisi Mereka Saat Ini?
.
Hidup mereka dikelilingi gadget, kurang waktu bermain bebas, beban sekolah yang berat (bayangkan saja, dulu kita belajar reaksi terang dan reaksi gelap fotosintesis –kalo masih inget juga, di kelas 3 SMA untuk jurusan IPA, sekarang mereka belajar hal ini di kelas 2 SMP!), tidak semua mendapat "rizki" komunikasi dengan orang tua yang sehat, ada yang mengalami tekanan dari teman sebaya dan bullying yang tinggi.
.
Kondisi itu membuat mereka menjadi anak-anak yang Boring – Lonely – Afraid Angry – Stress – Tired (BLAST).
.
Dengan terjangan bullying antar teman ataupun keluarga, tekanan teman sebaya seperti yang disebutkan di atas, bahkan ada yang memaksa untuk mencicipi narkoba, arus deras pornografi, kekerasan seksual yang mengintai, ideologi menyimpang, dan budaya global tanpa filter, maka generasi yang BLAST ini sangat rentan tumbuh menjadi pribadi yang lemah.
.
Sering sekali admin mendengar curhat dari murid-murid admin yang mengalami BLAST di usia SMP-SMA. Ketika mereka diajak ikut merokok, pacaran, miras, nonton porno oleh teman sebaya, mereka seakan tidak berdaya.
.
Mereka ingin sekali menolak, tapi ungkapan "ga gaul" dan kebutuhannya untuk diterima, membuat mereka merasa tidak punya daya tolak hingga akhirnya terjerumus ikut merokok, pacaran, menjajal miras, dan nonton porno.
.
Mereka terbiasa fight or flight, tak mampu mandiri dalam membuat keputusan bagi diri sendiri. Mereka terancam tak mampu memimpin ketika tongkat estafet kepemimpinan sampai ke tangan mereka.
.
Bagaimana pun juga, dari lingkaran kehidupan ini lah mereka mendapatkan 3P, Penghargaan, Penerimaan, dan Pujian, yang tidak mereka dapatkan dari rumah.
.
Di samping itu, mereka sangat butuh figur teladan positif daripada teguran dan nasehat. Absennya hal-hal ini, mengakibatkan kita hari ini mendapatkan panen bukti nyata kesalahan pola asuh dalam keluarga dan lingkungan.
.
Inikah calon pemimpin Indonesia?
.
Bagi Ayah Bunda yang muslim, ingatlah perintah Allah berikut : "Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar". (an-Nisa': 9)
.
Anak dan remaja kita sekarang mutlak perlu diselamatkan, agar sehat dan bahagia sehingga tumbuh menjadi pribadi yang kuat, siap menjadi pemimpin di tahun 2045.
.
Sayangi mereka, perhatikan, dampingi, bimbing dan arahkan. Bantu orangtuanya untuk belajar pengasuhan agar kita sama-sama dapat membangun generasi terbaik (BEST), yaitu anak-anak yang Behave (Berbudi), Emphatic (Empati), Smart, dan Tough (Tangguh).
.
BEHAVE - BERBUDI
Berperilaku baik sesuai prinsip (Religius, Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Mandiri, Cinta Tanah Air, Cinta Damai, Peduli Lingkungan, dan Tanggung Jawab)
.
EMPHATIC - EMPATI
Bisa memposisikan diri pada kondisi orang lain (Toleransi, Bersahabat/Komunikatif, Menghargai Prestasi, Peduli Sosial, Demokratis, Semangat Kebangsaan!)
.
SMART
Cerdas! mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak. mengoptimalkan kekuatan dan menyiasati kelemahan (Kreatif, Rasa Ingin Tahu, dan Gemar Membaca)
.
TOUGH - TANGGUH
Tangguh dan teguh memegang prinsip dan tidak terpengaruh dengan yang lain.
.
BAGAIMANA MENDIDIKNYA?
.
1. Ayah Ibu hadir jadi pemeran utama di hati, pikiran dan jiwa anak, kembalikan diri sebagai pengasuh pertama dan utama. Beri teladan pada sikap dan perbuatan tentang yang benar.
2. Sepakati tujuan pengasuhan dengan pasangan
3. Penuhi gizi JIWA bukan cuma gizi raga.
4. Tanamkan dan biasakan nilai-nilai agama sebagai bekal anak-anak menyikapi dunia dan akhiratnya.
5. Jadilah orangtua yang berkomunikasi dengan anak melalui cara-cara yang lebih benar, baik dan menyenangkan.
6. Disiplinkan anak dengan dasar kasih sayang.
7. Siapkan anak secara sungguh-sungguh memasuki usia remaja dan membahas tantangannya, agar selamat hidupnya.
8. Ikuti perkembangan teknologi agar bisa diskusi dengan anak untuk menghindarkan mereka dari dampak negatifnya.
9. Sibukkan anak dengan hal yang benar dan baik.
10. Buat 'panggung' sebanyak mungkin setiap hari agar mereka punya tempat untuk menunjukkan dirinya yang benar dan baik sesuai nilai agama.
11. Limpahi anak dengan konten yang sesuai nilai agama, baik melalui kata, gambar, suara, maupun film, agar mereka punya pilihan yang luas.
12. Bekerjasama dengan tetangga, untuk membuat kegiatan positif, serta mencermati dan melarang warnet, game online, sewaan komik serta kegiatan lain yang mengancam anak dan remaja. It takes a village to raise a child.
.
Selamatkan satu anak, selamatkan kemanusiaan.

~~~~~~~
Di artikel selanjutnya, kita akan membahas Pengasuhan Yang Sehat Untuk Jiwa dan Otak Anak. Bagaimana caranya?
.
Mulai 14/06/16, kami akan memposting serial artikel parenting setiap hari Selasa dalam folder foto "SERIAL PARENTING with Kakatu dan SEMAI2045".
.
Silakan dibagikan kepada saudara, sahabat, dan orangtua dari teman anak-anak kita jika mendapat manfaat dari artikel kami. Because sharing is caring.


Ditulis Pada: 30 August 2016, Pukul: 08:13:19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...