Langsung ke konten utama

#8 Guideline Pengasuhan 3 : DUAL PARENTING

#8 Guideline Pengasuhan 3 : DUAL PARENTING

Pernahkah Ayah Bunda melihat bendungan? Ada dua komponen utama dari suatu bendungan. Komponen pertama yaitu tembok yang membuat bendungan itu kokoh. Komponen kedua adalah air yang mengisi bendungan tersebut.
.
Apa jadinya jika bendungan dengan air berlimpah, namun temboknya hanya gundukan tanah saja? Apa jadinya jika bendungan tersebut kokoh dengan tembok beton namun tidak ada air yang mengisinya?
.
Itulah kemungkinan terjadi pada anak yang mendapat kasih sayang tidak lengkap. Jika anak mendapat kasih sayang hanya dari Bunda, namun tidak mendapatkannya dari ayah, ia seperti bendungan dengan air berlimpah, namun temboknya rapuh. Jika anak mendapat kasih sayang hanya dari ayah, namun tidak mendapatkannya dari Bunda, ia bagai bendungan kokoh yang kering tak berisi.
.
Jiwa anak kita bagaikan bendungan.
.
Tembok yang kokoh adalah batasan dan nilai-nilai yang ditetapkan sang Ayah sebagai pemimpin keluarga. Batasan dan nilai ini dibuat karena ayah sayang, agar sekeluarga selamat di dunia dan di akhirat.
.
Ayah lah yang akan memberi bentuk bendungan, kubus kah? Persegi panjang kah? Bola kah? Selain batasan dan nilai, kata-kata ayah lebih melekat kuat dalam memori anak sehingga dapat mengokohkan pondasi jiwa anak dan menciptakan anak tangguh dan punya prinsip.
.
Sedangkan air yang mengisi bendungan tersebut adalah cinta dan kasih Bunda sebagai penata rumah tangga dalam mendidik anak-anaknya, memastikan anaknya mengisi ruang jiwa mereka dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan sang Ayah. Tentu saja nilai-nilai yang dianut sesuai dengan buku manual Sang Pencipta dan selaras dengan cara otak bekerja.
.
Kultur kita terlanjur melekat kuat bahwa urusan anak adalah urusan Bunda. Ayah dan Bunda memiliki porsi masing-masing dalam membangun bendungan jiwa anak. Perannya saling melengkapi.
.
Yang perlu ditekankan adalah BUKAN LENGKAP JUMLAH ATAU PERSONNYA yang paling penting, TAPI LENGKAP FUNGSI DAN PERANNYA.
.
Jika kita ada pada suatu kondisi tidak ideal, tetap lengkapi peran yang hilang dari kakek atau nenek, paman atau bibi, atau orang dewasa lainnya yang bisa jadi panutan. Yang penting, pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak harus kompak dan konsisten terhadap batasan dan nilai yang dibuat oleh pemimpin keluarga.
.
Jika peran pengganti juga sulit didapatkan, sebagai orangtua tunggal kita perlu berperan ganda, menjadi ayah sekaligus menjadi Bunda. Hujamkan lebih kuat hati anak kita kepada taqwa, karena hanya dengan ketaqwaan lah setengah tugas pengasuhan kita terbayarkan dengan tenang. Allah lah yang menjadi pembentuk sekaligus pengisi jiwanya.
.
Ayah Bunda, sesuaikan porsi dan peran kita. Dukung pasangan kita berperan sesuai porsi dan perannya. Kadang, yang membuat Ayah segan dalam mengambil peran pengasuhan adalah sikap Bunda sendiri. Ketika Ayah mengasuh dengan cara yang berbeda, Bunda mempermasalahkan seakan hanya ada satu cara asuh yang benar atau paling benar. Akibatnya, Ayah mencukupkan diri menjadi mesin ATM keluarga.
.
Sebagai istri, kita dudukkan suami di kursi kerajaannya. Ibu Elly Risman mengatakan, "Jangan suka merasa tinggi sebenang". Memang lebih tinggi, tapi cuma sebenang saja bedanya. Sebagai suami, kita ambil tanggungjawab pendidikan keluarga yang memang ada di tangan kita. Ingatlah ancaman Allah yang akan memenuhi neraka dengan batu yang panas dan manusia yang abai mendidik keturunannya.
.
Setelah ini, akan semakin banyak bermunculan ayah-ayah yang menemani anak-anak bermain di taman kota, membacakan cerita sebelum anak-anak tidur, memimpin obrolan di meja makan. Semakin banyak bermunculan juga Bunda-Bunda yang berbicara lembut, tenang, penuh senyum dan murah pelukan pada anak-anak. Semakin banyak keluarga yang penuh cinta dan membagi cinta mereka di keluarga kepada lingkungannya.
Selamat membentuk dan mengisi bendungan jiwa anak kita :)
~~~~~~~
Di artikel selanjutnya, kita akan membahas lebih detail tentang anak BEST. Apa itu anak BEST? Siapa mereka?
.
Mulai 14/06/16, kami akan memposting serial artikel parenting setiap hari Selasa dalam folder foto "SERIAL PARENTING with Kakatu dan SEMAI2045".
.
Silakan dibagikan kepada saudara, sahabat, dan orangtua dari teman anak-anak kita jika mendapat manfaat dari artikel kami. Because sharing is caring.


Ditulis Pada: 23 August 2016, Pukul: 07:51:40

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...