Langsung ke konten utama

#6 Guideline Pengasuhan 1 : SPRITUAL BASED

#6 Guideline Pengasuhan 1 : SPRITUAL BASED
.
.
Di era Teknologi Informasi seperti ini, banyak sekali ilmu dan petunjuk yang bisa dirujuk. Ilmu parenting berlimpah-limpah. Praktisi parenting sangat banyak. Kita mengalami situasi yang disebut BANJIR INFORMASI.
.
Ternyata, berlimpahnya informasi ini memiliki resiko. Paling minim berupa benturan pemikiran. Ahli A berkata X, Ahli B berkata Y. Memang naturalnya ilmu duniawi, selalu ada pro dan kontra.
.
Di tengah kebimbangan akibat 'banjir informasi' ini, kita sebagai manusia dewasa selalu punya pilihan :
1. membeo apa kata ahli tanpa berpikir kritis
2. mengulang sejarah pengasuhan yang kita terima dari orangtua kita sepenuhnya, atau
3. mengubah pikiran dari apa yang dipelajari baik dari teori, pengalaman pribadi, maupun dari pengalaman orang lain, kemudian disesuaikan dengan juknis (petunjuk teknis) yang benar.
Bagaimana memastikan petunjuk teknis yang benar?
.
Petunjuk yang benar akan selalu merujuk dan sesuai dengan kebenaran yang paling hakiki. Milik siapakah kebenaran paling hakiki? Ya, hanya milik Allah dan selalu sesuai dan berasal dari Dzat yang paling mengetahui diri kita melebihi diri kita sendiri.
.
Seperti halnya gadget, yang paling tahu gadget A adalah perusahaan yang menciptakan gadget A. Siapa yang menciptakan diri kita dan anak kita?
.
Kita dan anak kita adalah produk ciptaan Allah. Segala seluk beluk kehidupan kita, yang sudah dan akan terjadi, Allah-lah yang paling tahu dan memahami.
.
Jadi, juknis kehidupan yang paling benar tak terbantahkan mengenai kehidupan kita dan anak kita adalah yang tertulis ada di Kitab Suci dan yang diteladankan utusan-Nya.
.
Jadi, jika ada ahli yang mengatakan untuk memberikan pendidikan seks melalui nonton bareng gambar atau video porno atau mandi bareng anak, jelas melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, jangan pernah diikuti.
.
Jika ada pakar yang mengharamkan berkata "Jangan", seimbang saja lah.. Al Quran menggunakannya pun dalam kadar yang seimbang. Ada perintah yang menggunakan kata –lah, Berjalanlah, bersujudlah, rukuklah, dirikanlah, dan –lah –lah lain tersebar di lebih dari 368 ayat.
.
Namun ada juga larangan tegas, Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, Janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil, dan jangan di 363 ayat lainnya. Bukankah keduanya seimbang?
.
Jika kita membaca kisah tentang Muhammad Al Fatih yang dididik dengan kekerasan, namun jadi pemimpin perang di usia muda yang menjadi jawaban atas hadist Rasulullah bahwa Islam kelak menaklukkan Romawi.
.
Dudukkan dulu pada konteksnya. Keras yang dimaksud seperti apa? Dalam situasi apa? Dengan tujuan apa? Ingatlah bahwa Allah memerintahkan kita untuk berkata baik (qaulan ma'rufa), berkata yang mudah dipahami dan menyenangkan (qaulan maisyura), berkata lemah lembut (qaulan layyina), berkata mulia (qaulan karima), disamping juga perintah berkata benar (qaulan sadiidan) dan berkata dengan perkataan yang membekas pada jiwa (qaulan baligha).
.
Ilmu duniawi dan ilmu manusia sangat terbatas. Seujung kuku pun tak ada dibandingkan dengan ilmu Allah. Pelajari terus ilmu agama, dan dalami juga ilmu dunia. Temukan perkawinan antara keduanya, jangan dipertentangkan. Niscaya kita akan menemukan betapa Allah Maha Mengatur dan Mahacerdas.
.
Biasanya, kita jadi mempertentangkan keduanya, karena kita tidak juga mendalami keduanya. Ilmu agama dipahami sepotong-sepotong, ilmu dunia dimengerti separuh-separuh. Sehingga, keduanya hanya berupa pengetahuan, belum menjadi kebijaksanaan, yang berujung pada sulitnya penerapan.
.
Ilmu agama menajamkan kepekaan, ilmu dunia mengasah keterampilan, keduanya menjernihkan mata kita melihat petunjukNya atas segala bimbingan.
.
Semoga kita selalu mampu menangkap bimbinganNya ketika mengambil keputusan di segala liku hidup kita.

~~~~~~~
Di artikel selanjutnya, kita akan membahas lebih detail tentang guideline pengasuhan yang ke-2, yang menjadi pondasi dari jiwa anak sehingga menjadi pribadi tangguh di era digital, yaitu brain based.
.
Mulai 14/06/16, kami akan memposting serial artikel parenting setiap hari Selasa dalam folder foto "SERIAL PARENTING with Kakatu dan SEMAI2045".
.
Silakan dibagikan kepada saudara, sahabat, dan orangtua dari teman anak-anak kita jika mendapat manfaat dari artikel kami. Because sharing is caring.


Ditulis Pada: 02 August 2016, Pukul: 10:00:59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarra Risman | Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi ‘anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa’, seperti doa-doa umum yang seri

Saya dibesarkan dengan tujuan. Ada target, ada finish line, ada goal. Tidak sekedar menjadi 'anak shalihah yang berguna bagi keluarga, agama, dan bangsa', seperti doa-doa umum yang sering kita katakan ketika mendengar berita kelahiran seorang bayi. Dari saya kecil, ibu saya tampaknya sudah mengikuti 'developmental milestone' yang menjelaskan bahwa anak usia segini, seharusnya sudah bisa begini. Kami dapat tugas khusus masing-masing, seperti kakak jadi tukang cuci baju, saya ahli cuci kamar mandi, dan adik sapu dan pel. Tugas tersebut berotasi sesuai usia, kebutuhan, dan (karena kami hidup nomaden) tempat tinggal. Tentunya rumah di Amerika, yang tertutup karpet dari ujung ke ujung, tidak membutuhkan sapu dan pel. Tugas juga di bagi sesuai dengan kebutuhan, jadi ketika ramadhan tiba, dan pembantu pulang, kakak bertugas menyiapkan sahur, saya dan adik merapihkan setelah sahur. Siangan dikit kakak memasak, adik mencuci, saya tukang setrika. Sampai kesepakatan rotasi berikut...

Silmy Risman | #SilmyShares:

#SilmyShares: Bersyukur itu seperti cinta. Tidak banyak makna jika cuma berbentuk kata-kata. Ia lebih nyata jika ditunjukkan lewat perilaku dan sikap kita. Saya beri contoh ya. Kalau ada pasangan A, yang suaminya bilang "I love you deh Say.." setiap hari tapi sikapnya kasar atau bahasa tubuhnya tidak hangat dan sering nyindir atau marah.. Dan pasangan B yang suaminya jarang memberikan kata-kata cinta tapi sering senyum, suka memuji dan ringan dalam membantu urusan anak atau pekerjaan di rumah.. Dalam jangka panjang, pilih mana? Nah sama dengan bersyukur. Kalau cuma menyatakan diri sebagai hamba tuhan yang bersyukur tapi setiap hari mengeluh, iri, dan ngomongin orang... Mana syukurnya? Nggak dihitung dan pastinya (apalagi bagi orang-orang sekitar) tidak terasa. Syukur itu harus sempat. Jangan hanya dalam doa setelah shalat (yang kadang itupun masih suka telat hehehe). Mulai bersyukur dari hal-hal kecil; masih punya tempat tinggal, bisa garuk kalau gatal (bayangin kalo nggak ...

Wina Risman | Memasukkan anak sekolah:

Memasukkan anak sekolah: Untuk anak atau ibu? Iya, saya paham. 10 menit keheningan terkadang sangat diperlukan seorang ibu,untuk tetap waras. Apalagi mereka yang mempunyai dua balita dibawah satu atap. Rangkaian pekerjaan yang sudah tersusun rapi di otak, detik ketika kita bangun pagi, seakan sudah menjadi otomatis tersedia. Satu menyambung dengan yang lainnya, hingga tak terasa, sudah waktunya mentari tenggelam lagi. Bahkan, setelah malampun tiba, masih ada sederet dua benda tersisa yang mesti diselesaikan, sebelum akhirnya tubuh mendapatkan haknya untuk baring dan kaki untuk selonjoran. Iya saya paham. Hanya saja, berangkat dari kepenatan harian yang sudah menahun, membuat seorang ibu seakan-akan merasa punya alasan, kenapa buah hatinya mesti segera disekolahkan. Sudah bosan di rumah Biar belajar bergaul Menstimulus berbicara Belajar sharing dan bermain bersama Anaknya sudah minta dll, dll... Sebetulnya, jika ditanya, terutama pada ibu yang menyekolahkan anaknya diusia 3th atau sebe...